Koar-koar Mengurusi Dapur Orang Lain, Dapur Sendiri Terbengkalai!!!!
Nyinyir di medsos
sepertinya sudah umum dilakukan hampir sebagian masyarakat Indonesia. Saya pun
juga sering di medsos. Disadari atau tidak kegiatan itu begitu saja tanpa
embel-embel dan koordinasi. Nyinyirin sesuatu yang menurut hati dan pikiran
tidak mengena tentunya.
Tetapi, setelah
dipikir-pikir memang semenjak Pilkada DKI 2017 berjalan, tingkat kenyinyiran di
medsos semakin meninggi. Dulu nyinyirin artis yang lebay dan alay adalah pekerjaan
yang sangat menyenangkan bagi sebagian orang, sekarang nyinyir ke calon kepala
daerah sepertinya sudah semakin merambah.
Ibarat sebuah dapur,
organisasi pemerintahan itu begitu kompleks, karena ia menyangkut hajat hidup
orang banyak. Kebijakan-kebijakan yang salah bisa saja berdampak pada semakin
sengsaranya rakyat kecil, artinya untuk persoalan yang satu ini nyinyir
haruslah objektif dan tepat sasaran. Akan sangat berbeda dampaknya antara artis
dengan kepala daerah. Artis hanya untuk kepentingan dirinya dan Production House yang menaunginya atau
juga untuk kepentingan para pengiklan. Tetapi kepala daerah, cakupannya lebih
luas dan berpengaruh signifikan.
Jadi untuk nyinyir
terhadap calon kepala daerah cobalah kritisi program dan kebijakannya. Karena
itu yang lebih penting dibanding personalnya. Karena kedua hal itu yang sangat
berpengaruh terhadap kepentingan rakyat. Bukan atas dasar like and dislike.
Bagi saya untuk terlalu
mengkritisi dan nyinyirin para calon kepala daerah itu alangkah lebih baiknya
untuk tengok dapur sendiri terlebih dahulu. Dapur kita sudahkah dijalankan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya apa belum? Apakah di dapur kita sudah
terpenuhi sandang, pangan dan papan karena kebijakan yang kita jalankan? Atau
justru lebih parah dari mereka yang mengurusi rakyat banyak itu?
Hehe.. kalau organisasi
yang kita jalankan saja masih terseok-seok dan malu-malu kucing lebih baik
simpan saja kenyinyiran itu dan tumpahkan segala curahan pikiran untuk
memajukan dapur organisasi ini agar lebih maju dan baik.
Mereka-mereka yang maju
pada pilkada itu adalah orang-orang pilihan yang telah mengalami tempaan dalam
mengelola sebuah birokrasi, saya meyakini itu, mereka adalah orang-orang
pilihan dan seorang pemenang. Mereka sanggup berkompetisi karena dapur yang
kecil sudah tidak layak bagi mereka. Mereka butuh dapur yang lebih luas untuk
mereka kelola dengan manajemen yang handal. Istilah kasarnya, bajunya sudah
kesempitan kalau cuma mengelola organisasi kecil, mereka butuh baju yang lebih
besar agar aktualisasi diri mereka dalam mengelola organisasi yang lebih besar.
Jadi kalau dapur kita
masih kecil dan belum terkelola dengan baik. Cobalah tengok barang sebentar,
apakah dapur itu butuh renovasi atau tidak, butuh sentuhan tangan-tangan
kreatif atau tidak. Atau justru malahan dimatikan saja jika memang tidak
dibutuhkan lagi.. “gitu aja kok repot”
kata Gus Dur. Dari pada nyinyirin Ahok yang berada diseberang sana lebih baik
perbaiki organisasi sendiri. Ibarat semut
di seberang lautan terlihat namun gajah dipelupuk mata justru tak tampak.
Haduh.. Kacau Beliau..